Papua Selatan adalah salah satu provinsi yang secara resmi di mekarkan tahun 2022. Status provinsi yang di perjuangkan lebih dari 20 tahun ini adalah provinsi terluas dari semua provinsi baru di Tanah Papua yakni mencapai 131.493 kilometer persegi dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2024 sebanyak 542.075 jiwa. Seluruh wilayahnya adalah dataran rendah yang sangat luas yang terdiri dari padang savanna, hutan dan rawa-rawa. Sejak awal 2000 an kota Induk di Papua selatan yaitu Merauke telah di cap sebagai kota agropolitan oleh para politikusnya, yang kemudian menjualnya sebagai program nasional yaitu Merauke Integred Food and Estated (MIFEE).
MIFEE adalah program raksasa nasional yang bergerak pada bidang perkebunan, perikanan, peternakan dan tanaman pangan. Tanggal 10 Mei tahun 2015 Jokowidodo berkunjung ke Kampung Wapeko dan mengulang kembali deklarasi Soesilo Bambang Yoedoyono (SBY) dengan menetapkan 1, 2 juta hektar lahan untuk pangan nasional. Namun belakangan drama penanaman padi di Kampung Wapeko itu di ketahui mengalami kegagalan dan ketidakpastian. Pada beberapa bagiannya, selain perkebunan sawit yang hari ini menjamur di mana-mana. Kabupaten Merauke misalnya Memiliki 7 perkebunan Sawit dengan luas HGU mencapai 128,235.44. Boven Digoel meiliki 14 perusahaan perkebunan sawit yang kebanyakan tidak memiliki sertifikat HGU dan SK pelepasan Kawasan.
Menarik dari boven Digoel adalah keberadaan raksasa perkebunan Sawit anak perusahaan Korindo PT. Tunas Sawa Erma Yang telah masuk sejak 1998 dan telah melakukan ekspansi ke tiga kabupaten sekaligus yaitu Merauke, Boven Digoel dan Mappi dengan total luasan telah mencapai 44.000 hektar lebih. Program MIFEE ini kemudian tidak jelas keberadaannya hingga sekarang. Terutama karena di luar ekspetasi negara bahwa target 1, 2 juta hektar itu hanya mampu dikembangkan hingga 64.000 hektar di Merauke dengan hasil produksi padi sebesar 134.813 ton (2020) sedangkan kebutuhan beras Provinsi Papua sebesar 477.711,47 ton. Dolog Merauke bahkan belum mampu mengelola pemasukan beras Merauke dan kemudian untuk ekspor sekalipun kualitas beras Merauke di bawah standar penjualan dimana target ekspor yaitu beras premium.
Papua Selatan benar-benar di gadaikan kepada kepada kapitalis dan aparaturnya sipil dan militer hanya sebagai pengawas projek kapitalisasi. Perusahan-perusahan raksasa kemudian merasa paling berjasa dalam pembangunan ketimbang pemerintah, misalnya Korindo Merasa paling berjasa telah ikut mebangun jalan trans Papua Merauke-Boven Digoel sejak 1990 an, yang lainnya merasa ikut membuka keterisolasian daerah dan lain sebagainya. Tugas-tugas negara yang tidak dijalankan itu dikerjakan kapitalis untuk kepentingan sendiri namun seolah-olah guna kepentingan publik. Daerah-daerah terpencil itu di buka, diikuti dengan luasan hutan yang beralih fungsi, membangun pemukiman baru dan mendatangkan tenaga kerja luar dalam jumlah besar, memaksa masyarakat adat berlahan-lahan tersingkir bahkan merubah pola hidup tradisional yang tadinya subsisten dan tegu adat isiadat menjadi buruh.
Itulah kemudian yang kami mencoba menyajikan dengan lebih dekat ke dalam liputan film dokumenter pada kurun waktu September 2023 hingga Januari 2024. Dengan keberagaman isu seperti persoalan pendidikan, Isu investasi dan perampasan lahan, buruh hingga kemiskinan hari ini di Provinsi baru ini, Papua Selatan. Film pertama berjudul Bapa Bon dari Zenegi, Kedua Doji, Ketiga Janji Manis POP B, Keempat Sekolah ka Sekolah, Kelimma adalah Hidup dari Alam:
Bapa Bon dari Kampung Zenegi
Mengisahkan kehidupan seorang tokoh adat dari Kampng Zenegi bernama Bonefasius Gebze atau yang biasa di panggil “bapa Bon”. Film berdurasi 20 menit ini menceritakan kehidupan seorang Bapa bon yang masih subsisten yakni meramu dan berburuh sampai hari ini. Tetapi cara mencari makan tradisional itu berhadapan dengan kondisi hutan yang sudah tidak lagi utuh setelah 15 tahun di alifungsikan menjadi hutan tanaman industry oleh anak perusahan PT. Medco Group yakni PT. Selaras Inti Semesta (SIS). Sehingga dalam kesehariannya mencari makan bapa Bon mengupayakan kesedaran dan kemandirian warga kampung Zenegi dengan caranya sendiri.
Sebagai tambahan informasi, SIS adalah perusahaan pengelolaan kayu energi yang talah berada di erauke sejak tahun 2008. Perusahan ini awalnya asuk dan mempekerjakan penduduk dari kampung-kampung sekitar termasuk juga Kampung Zenegi, namun berlahan-lahan mengurangi tenaga kerjanya hingga di perkirakan hanya 50 orang pekerja dengan bantuan Brimob Merauke sebagai keamanan. 50 orang ini yang bertugas dalam menjaga dan mengontrol perkebunan tanaman industrik untuk kebutuhan bahan baku energi listrik yang berpusat di Kampung Wapeko. SIS bahkan adalah perusahaan yang tidak tertip administrasi dengan pemerintah di daerah.
Doji
Film berdurasi 20 menit ini mengisahkan tentang komunitas buruh harian bongkar muat yang selama ini hidup di pusat kota Merauke. Buruh harian ini berasal dari suku Wiagar Kabupaten Mappi yang sejak tahun 1977 hingga 1990 an telah pindah ke Kota Merauke (urbanisasi). Kini mereka berjumlah sekitar 200 an jiwa, yang tinggal di pemukiman kumuh dan rawan banjir, dengan pekerjaan utama adalah buruh harian bongkar muat yang berpenghasilan tidak menentu.
Di Pusat Kota Merauke terdapat beberapa titik yang menjadi pemukiman penduduk Papua yang telah migrasi dari kampung mereka dan menetap di Merauke selama puluhan tahun, sebut saja di kompleks Gudang Arang, Belakang Rumah Sakit, Jalan Biak, Nowari yang kemungkinan besar hidup dalam kondisi yang sama pula tanpa perlindungan negara. Penduduk di sana hidup dari mata pencarian tidak tetap dan tidak menentu. Kondisi ini disebabkan berbagai faktor, latar belakang pendidikan, bahkan mungkin juga lapangan pekerjaan yang susah. Buruh harian bongar muat adalah pekerjaan pilihan utama. Menurut data jumlah mereka berkisar 1500 an orang 500 diantarannya adalah buruh tetap Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) sedang lainnya adalah buruh harian lepas dan tidak tentu.
Janji Manis POP B
Palm Oil Projeck B (POP-B) adalah salah satu wilayah perkebunan milik PT. Tunas Sawa Erma (TSE) yang berada di antara dua Distrik dan di dua kampung yaitu Kampung Getentiri di Distrik Jair dan Ujungkia Distrik Ki. TSE memiliki perkebunan POP A hingga E dengan total wilayah pengelolaan mencapai 44,000 hektar yang tersebar di tiga kabupaten Merauke, Boven Digoel hingga MMappi. POP B adalah salah satu perkebunan yang telah di buka di Getentiri sejak 2004 sampai sekarang, dengan berbagai kesepakatan awal bersama masyarakat adat yang hingga sekarang belum terlaksana. Jumlah tenaga kerja di POP B sekitar 2042 orang 500 di antaranya orang Papua. Selama beroperasi hingga pada tahun 2020 baru lah lahan plasma (perkebunan rakyat) di buka dengan sebelumnya TSE berutang kepada pihak Bank BNI atas nama suku Awyu sebesar Rp. 92 M dan sampai sekarang selama 10 tahun ke depan hasil perkebunan rakyat itu harus mengembalikan hutang kepada perusahaan. Film ini berkisah tentang latar belakang dan hak masyarakat adat yang belum diberikan itu.
Sekolah ka Sekolah
Mengisahkan tentang kondisi sekolah dasar di Kampung Zenegi yang sudah tidak lagi beraktifitas selama sebulan. Film ini mengambarkan bagaimana sekolah yang sering “buka-tutup” itu sudah sering terjadi bahkan lebih dari setahun. Yang menyebabkan berbagai persoalan dunia Pendidikan terutama di kampung Zenegi.
Hidup dari alam
Adalah Film tentang cara pembuatan akan tradisonal asal suku Marind yang umumnya di kenal dengan sagu sep di Papua selatan. Warga meneritakan tentang fungsi makanan tersebut dalam kehiduan mereka dan bagaimana eksistensi dari makanan itu di tengah berbagai tantangan untuk mendapatkan sumber pangan utama yaitu sagu dan hasil buruan ikan maupun hewan darat.
**
Film-film ini di Produksi terbitkan di Kalawai.org dan Papuan Voices. akan kami putar sebanyak dua kali pada 7 April 2024 dan 14 April 2024 dengan berbagai narasumber terkait. Suksesnya bioskop kalawai ini tidak lepas dari kerja sama antara kalawai.org, Papuan Voices, Walhi Papua, Nelius Wenda Official Youtube, dan Gerakan Perjuagan Rakyat Papua (GPRP).