Image default
Analisis HarianPelatihanTokoh

Warisan Perjuangan: Kisah Hidup dan Dedikasi Pejuang Hak-Hak Masyarakat Adat Papua

Leonard Jerry Imbiri, Sekretaris  Jenderal Dewan Adat Papua (DAP)  sekaligus juga Direktur Eksekutif Yayasan Anak Dusun Papua (Yadupa) telah meninggalkan kita sekalian menghadap sang Pencipta. Leonard Imbiri atau sering saya sapa dengan panggilan Bapa Leo ini meninggal di rumah sakit Carolus Jakarta pada 23 November 2024 pukul 1.30 dini hari.

Bapa Leo berangkat ke Jakarta awal November memenuhi undangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua Tengah sebagai salah satu panelis dari debat kandidat calon gubernur Provinsi Papua Tengah dengan kapasitasnya sebagai sekretaris Dewan Adat Papua.

Sehari setelahnya, kondisi kesehatannya menurun, Bapa Leo kemudian dilarikan ke rumah sakit (RS) untuk mendapatkan perawatan. Diaknosis di RS dia mengalami komplikasi penyakit yang selama ini dia derita, seperti diabetes, jantung, paru dan sakit ginjal. Di RS. Carolus bapa Leo sempat dirawat selama seminggu lebih hingga pada 23 November dini hari dinyatakan meninggal dunia.

Kepergiannya ini meninggalkan duka mandalam bukan hanya kepada keluarga yang dia tinggalkan, tetapi juga seluruh rakyat Papua, utama para sahabat seperjuangan di Presidium Dewan Papua (PDP), Dewan Adat Papua (DAP), aktivis organgisasi non pemerintah (Ornop) di Indonesia dan Papua, para staf Yayasan dusun anak Papua dan berbagai komunitas tingkat basis masyarakat adat hingga mahasiswa dan pemuda dari berbagai latar belakang dan organisasi yang mengenalnya.

Bapa Leo adalah salah satu tokoh sentral dalam berbagai sector perjuangan hak-hak masyarakat adat. Pekerjaan yang  bahkan telah di kerjakannya lebih dari 30 tahun yang lalu. Sebagai mantan aktivis mahasiswa, aktivis PDP, Aktivis DAP, bahkan Aktivis Gereja. Kerja-kerjanya untuk masyaakat adat bahkan di akui oleh berbagai jaringan nasional dan komunitas internasional.

Pendidikan dan Aktivisme

Bapa Leo lahir dengan nama lengkap, Leonard Jerry Imbiri di Jayapura tahun 1967. Dia adalah anak kedua dari sembilan bersaudara dengan Ayahnya bernama (Alm) Bastian Imbiri dan Ibu Yohana Imbiri Mansai. Sekolah dasarnya di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Adipura lulus 1975, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri II Polimak lulus 1981 dan Sekolah menengah Atas (SMA) Gabungan Jayapura lulus 1984 .

Sejak kecil Bapa Leo menghabiskan waktunya di kompleks perumahan polimak II gunung dan di sekitar Gereja Maranatha Polimak. Dia aktif dalam berbagai kegiatan anak-anak dan kepemudaan GKI Maratnatha Polimak. Seperti Persekutuan Anak dan remaja (PAR), Persekutuan Anak Muda (PAM). hingga menjadi guru sekolah minggu di lingkungan Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua. Jabatan sebagai guru sekolah minggu dalam lingkungan GKI adalah jabatan sekaligus tanggung jawab  seumur hidup bagi tiap anggota jemaat yang sudah dilantik Gereja.

Masa kecil di lingkungan Gereja GKI mempengaruhinya saat ingin menempuh perguruan tinggi. Bapa Leo memutuskan untuk berkuliah di Sekolah tinggi Sekolah Filsafat Theologi Jayapura 1987. Di sana aktivisme tumbuh karena bertemu dengan beberapa mentor politiknya seperti Pendeta Sophy patty dan lainnya. Sejak saat itu akvitasnya pada kegiatan aktivisme dan gerakan-gerakan politik Papua Merdeka terus berkembang.

Ketertarikan pada berbagai displin ilmu ini membuatnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke berbagai kampus dan jurusan berbeda. Tahun 1990 dia melanjutkan di salah satu Universitas di Papua Nugini (PNG), kemudian Kembali ke Fakultas Theologia Universitas Kristen Indonesia di Tomohon (UKIT) ,Sulawesi Utara 1992, selanjutnya ke Program studi bahasa Inggris di FKIP Universitas Kristen Indonesia di Tomohon 1996.

Pada akhir hayatnya Bapa sedang menyelesaikan program Magister Antrolopologi di Universitas Cenderawasih Uncen. Di usia yang tidak muda dan tanggung jawab di berbagai tempat membuat dirinya mengakui kesulitan menyelesaikan tugas-tugas dari para dosen S2 di Antropologi Uncen.

***

Sejak mahasiswa nama Leonard Imbiri di perhitungkan sebagai generasi muda potensial dalam gerakan rakyat Papua. Sebagai mahasiswa di Universitas Kristen Indonesia Tomohon Sulawasi Utara dia menjadi salah satu perwakilan bangsa Papua dalam “tim 100” dari panel mahasiswa Papua perwakilan Sulawesi. Tim 100 sendiri adalah representasi gerakan damai rakyat Papua di awal reformasi yang berhadapan langsung dengan Presiden Indonesia B.J Habibie untuk meminta kemerdekaan.

Pasca persitiwa itu nama Leonard Imbiri terus terhubung dengan berbagai agenda politik bangsa Papua yang terkait pasca gerakan “tim 100”, terutama konsolidasi Musyawarah Besar rakyat Papua (Mubes) hingga Kongres Rakyat Papua II yang melahirkan PDP dengan Theys Hiyo ELuay sebagai pemimipin tertinggi. Di PDP Leonard sebagai anggota PDP dari panel mahasiswa berdasarkan rekomendasi kawan-kawannya. Kisah ini di sampaikan Sekretaris Jenderal PDP, Taha Alhamid di rumah duka polimak II gunung 26 November 2024.

Dengan berdasarkan keputusan KRP II 2000, Dewan Adat Papua akhirnya di bentuk tahun 2002 melalui Konferensi Besar Masyarakat Adat Papua (KBMAP) dia telah menjadi pengurus. Pada KBMAP tahun 2004  Bapa Leo menjadi sekretaris umum sampai sekarang. Kembali terpilih dalam KBMAP tahun 2015 di Biak sebagai Sekretaris umum dan kembali terpilih di KBMAP Kaimana sebagai Sekretaris Jenderal 2021. Melalui DAP Bapa Leo terlibat dalam pendirian Lembaga seperti Yayasan Anak Dusun Papua (Yadupa) 2003 dan Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP), belakang Jaringan Kerja Rakyat Papua Papua (Jerat) juga berada di bawah kordinasi DAP sejak 2008.

Pendirian DAP sejak awal mengalami kesulitan karena ketiadaan pengakuan dari pemerintah Jakarta, terutama karena para pengurusnya, termasuk  Bapa Leo adalah aktivis-aktivis dari PDP. Pada akhirnya dengan pekerjaan lobi yang panjang hingga keberadaan DAP diakui, internal DAP sendiri tidak lepas dari berbagai konflik internal sesama pengurus sampai sekarang. Itulah mengapa dalam berbagai ruang dan kesempatan rekonsiliasi selalu menjadi pekerjaan rumah Bapa Leo, tetapi kemudian ditinggal pergi.

Leonard Imbiri dan Pengakuan Internasional

Selama hidupnya Leonard telah mengeliling berbagai negara untuk menyuarakan suara-suara rakyat Papua dalam kapasitas sebagai pemimpin adat di Papua. DI berbagai forum dunia termasuk komunitas adat internasional . Di antaranya sebagai anggota Indigenous People in hearing group  2014-2021, anggota pendiri aktif di Indigenous People’s Movement for Self-Determination and Liberation (IPMSDL) yang berbasis di Philipna sejak 2010, hingga berbagai mitra internasional terkait hak-hak masyarakat adat Papua.

Tidak hanya perwakilan masyarakat adat Bapa Leo adalah salah satu “tokoh andalan” GKI Tanah Papua untuk beberapa forum internasional dewan-dewan gereja sedunia. Hal itu dikonfirmasi Pendeta Gustavus M. Wutoy, M.Th.  wakil ketua II GKI Di Tanah Papua di rumah duka 26 November kemarin. Leo adalah utusan khusus GKI untuk beberapa sidang raya Dewan Gereja Sedunia ke X di Busan Korea Selatan 2013 dan  ke-XI Di Jerman 2022 (member of Eukomenikal Indigenous Peoples Networking reference Group). Juga delegasi pimpinan gereja-gereja di Papua untuk Pacifik di Suva Fiji. Leo juga sebagai ketua tim penyusun pesan pada sidang sinode ke XVIII di Waropen tahun 2022. Jabatan lain di Papua adalah pernah menjabat sebagai sekretaris kamar Masyarakat Adat Dewan Kehutanan Nasional tahun 2005. Pada 2006 menjadi Ketua kamar masyarakat adat Dewan Kehutanan Nasional.

Pengakuan terhadap kontribusinya untuk gereja dan perjuangan hak-hak masyarakat adat itu datang dengan ucapan duka mendalam dari berbagai organisasi. Seperti Pimpinan dan staf advisor group jaringan masyarakat adat dewan gereja sedunia, beranggotakan negara-negara seperti Panama, Afrika selatan, Selandia Baru, Taiwan, Amerika, Norwegia, India, Myanar, Kongo, Inggris, Palestina, dan Amerika Latin. Surat duka juga datang dari Internasional Union for Conservation Nature (ICUN) Nederland oleh Evelien Van Den Broek Penasehat Keadilan Iklim sekaligus Regional Coordinator Indonesia & Myanmar, yang dimuat dalam situs resmi mereka dan juga belasungkawa yang mendalam dari sahabat dan rekan kerjanya dari berbagai negara.

Semasa hidup Bapak Leo menjadi tokoh publik yang dipercaya oleh berbagai komunitas internasional yang kemudian  mempossikan diri sebagai diplomat Papua untuk menghubungkan berbagai individu dan organisasi Papua untuk Keadilan dan Kebenaran bagi bangsa Papua  ke penjuru dunia, yang dia kerjakan dengan diam dan diplomatis**

Selamat jalan Bapa Leo, Selamat jalan pejuang.

***

 

Baca Juga

Cerita Dari Digul: Ketika Minyak Bumi Sorong Mau Disedot Habis

Yason Ngelia

Menggugah Kesadaran: Gerakan Sosial Sebagai Kekuatan di Papua

Yason Ngelia

Monopoli Aset dan Sumber-Sumber Produksi: Kapitalisme dan Upaya Proletarisasi di Papua (Bagian I)

Yason Ngelia

Leave a Comment